Rumahku Surgaku
Pagi yang indah...
Udara pagi yang selalu menyapa dan sang surya yang selalu menyambut kehangatan pagi hari yang selalu terlihat di balik jendela kaca kamarku.
Melihat jam dinding menunjukan waktu pukul 06.00. Tentu saja aku sangat terburu-buru untuk berangkat ke sekolah, jam 06.00 seharusnya aku sudah berada dijalan tapi kali ini harus memulai untuk persiapan. Dengan terburu-burunya aku tidak melaksanakan ibadahku di waktu pukul 04.30, aku cukup mandi dengan tiga gayung saja sudah cukup untuk membasuh muka dan menyikat gigi, tentu anggota tubuh tidak basah kecuali muka saja karena muka yang terutama. Selagi masih di kamar mandi kakak keduaku bernama Vivi meledekku.
Kakak: "makannya dek kalau tidur jangan kemalaman, sudah jam waktunya kamu tidur malah asik-asikan ikut nonton film"
"Itu kan salah kakak nonton film jadi adek ikut-ikutan kakak nonton film, coba kalau kakak nggak nonton film pasti adek nggak telat bangun pagi" "ujar qu dengan nada keras".
"Sudah-sudah jangan bertengkar kalian sama saja sudah pada dewasa bertengkar terus nggak ada yang mau ngalah, seperti anak kecil saja. Lupi sekarang kamu berangkat ke sekolah nanti kamu telat , dan kakak anterin adek ke sekolah" kata ibu dengan nada yang tegas dan perhatian".
"Sudah bu mereka kan sudah dewasa wajar jika mereka bertengkar, nanti juga mereka tahu sendiri"," kata ayah"
( kakak pertamaku hanya duduk dengan kaki di lipat dan kedua tangan di atas lutut tertawa dan melihat ayah, ibu, aku dan kakak keduaku adu mulut). Walau kakak pertama selalu seperti itu tetapi kami tetap sayang padanya.
Setelah itu aku berangkat ke sekolah di antar jemput sama kakakku. Aku mengikuti pelajaran di sekolah sampai selesai. Jam dinding sudah menunjukan waktu pukul 12.30 waktunya pulang sekolah, aku menunggu kakakku di depan sekolah belum ada tanda-tanda kakakku datang.
Setelah sepuluh menit kemudian aku melihat dari kejauhan sepeda motor berwarna merah jambu dengan pelindung kepala berwarna biru, sudah ku tebak itu pasti kakakku.
Ayo dek pulang atau mau disini saja jadi satpam " kata kakakku dengan bercanda".
Ketika di jalan kami melihat kakek tua yang kesulitan menyeberang di jalan. Kakakku menyuruhku untuk menuntunnya. Aku tidak bisa membantah perintah kakakku akhirnya aku turun dan membantu kakek menyebrang. Setelah menyebrangkan aku kembali ke kakakku dan bertanya "Apa untungnya jika aku menolong kakek tua itu kak?" Kataku ". Jangan seperti itu dek dia sedang kesulitan, ayah dan ibu kan sudah mengajarkan kita untuk saling membantu kepada orang yang membutuhkan. Jangan mengharap imbalan yang kita dapatkan, tapi keikhlasan kita membantu dan tidak boleh mengharap apapun entah itu berupa uang atau yang lain, tetapi jika orang itu memaksa kita untuk menerimanya ya kita terima saja". Itu pesan ayah dan ibu dek..
"Ia kak.. maafin adek ya kak?"
"Ia dek , adek nggak salah kok, jika kita salah saling mengingatkan, ingat selalu pesan ayah dan ibu ya dek.
Setelah bercakap-cakap kami melanjutkan perjalanan pulang dengan dengan hati yang senang, bertemu dengan ayah, ibu dan kakakku di rumah rasanya sudah lengkap jika sudah kumpul bersama di rumah. Ketika kita bertengkar ayah dan selalu meleraikan kalau bukan mereka siapa lagi.